Indonesia Emas 2045 dimaknai dengan kondisi negara
yang maju, makmur, modern, dan madani. Visi ini sudah
digadang-gadangkan menjadi puncak dan titik balik semua cita-cita bangsa
Indonesia. Merujuk pada tahun 2045 yang mana tepat bangsa Indonesia berusia
satu abad. Dimana seratus tahun juga menunjukan usia sudah tidak muda lagi bagi
sebuah bangsa. Bangsa di dunia yang telah mencapai seratus tahun atau lebih
kemerdekaannya kebanyakan merupakan bangsa adidaya, seperti Amerika. Pada tahun 2016, Indonesia memasuki usia 71
tahun dan masih menjadi negara ketiga, sisa 29 tahun lagi untuk bisa mewujudkan
Visi Indonesia Emas ini.
Persiapan selama kurang lebih 40 tahun sebelumnya,
sejak diberlakukan undang-undang Pendidikan Nasional, dan undang-undang Guru
dan Dosen tahun 2005, Pemerintah telah mempersiapkan perangkat aturan terkait
dengan tujuan itu. Sebutlah salah satunya adalah menetapkan aturan tentang PAUD
dan mengimplementasikannya di seluruh pelosok negeri. Penegasan pendidikan di
PAUD berbasis Pembangunan Karakter dan Budipekerti berbasis Budaya dan Kearifan
lokal diharapkan menjadi pondasi mental yang tangguh anak-anak bangsa pada
tataran pendidikan yang paling rendah. Output dari PAUD akan menjadi input di
TK, dan output TK akan menjadi input di SD dan secara berkesinambungan ke
jenjang berikutnya, tetap mendapat penegasan pendidikan berbasis Karakter,
Budipekerti, Warisan Budaya, dan Kearifan lokal, sehingga Pemerintah dalam hal
ini merombak Kurikulum yang dikenal dengan Kurikulum 2013, Kurikulum Kecakapan
Hidup. Implementasi Kurikulum 2013 sendiri masih banyak kedodoran di sana-sini.
Sebagai contoh proses rekruitmen dan penularan para Instruktur Kurikulum yang
belum beres, Perubahan buku teks dan buku pegangan guru terkait Kurikulum 2013
belum beres juga. artinya yang sudah tercetak akan tidak terpakai dan rencana
akan dicetak baru. Apalagi Implementasi di lapangan, di sekolah-sekolah banyak
yang kedodoran dan asal-asalan. Di satu sisi pembenahan tenaga pendidik secara
stimulan terus dilakukan dengan bingkai mencetak guru profesional, dari
guru-guru yang sudah ada kontinyu disertifikasi dan mahasiswa keguruan maupun
non keguruan yang berminat menjadi guru dan sudah lulus sarjana wajib mengikuti
PPG. Semuanya memang masih berproses, namun dari yang sudah terjadi tidak ada
salahnya untuk di evaluasi.
Realitasnya Indonesia Emas diprioritaskan cukup 100
tahun terwujud — tidak perlu seperti Amerika Serikat yang perlu waktu 200 tahun
untuk menjadi negara maju — , telah dipikir dan diperhitungkan oleh para cerdik
pandai, tokoh-tokoh nasional negara ini dengan bijaksana. Kerangka besarnya
sangat kuat dan indah, namun kerangka-kerangka kecilnya perlu diawasi dan
dianalisis secara detail kemajuannya. Beberapa analisis muncul akan kesuksesan
tujuan besar dan mulia Menuju Indonesia Emas ini.
Pertama, pihak pemerintah dalam hal ini Departemen
Pendidikan nasional maupun Departemen terkait lainnya, melaksanakannya,
merealisasikan blue print visi Indonesia Emas ini hanya sebatas proyek. Proyek
yang dilakukan per program yang ditargetkan. Apalagi terkesan Proyek akan jalan
jika ada pendanaan, dan proyek akan berhenti jika sudah tidak ada dana.
Walhasil, kekontinuitas program tidak jalan, hal demikian tercopy sampai
jajaran tingkat yang paling bawah– sekolah–. Hasilnya apa ? produk program yang
serba parsial -- patah-patah–, bahkan putus sama sekali. Sebut saja sebagai contoh,
pendidikan karakter dan budaya yang seharusnya terintegratif di setiap mata
pelajaran di segala jenjang pendidikan, sekarang ini mati kutu. Kurikulum baru
yang nota bene sebagai kurikulum berbasis Kecakapan Hidup — melatih murid agar
mampu survival di masa depan, dengan mengedepankan vokasional, prakarya, masih
tumpang tindih pelaksanaannya di lapangan.
Kedua, tingkat perencanaan yang rendah tampak menyolok
sekali terjadi di jenjang pusat maupun daerah. Terlihat fenomena sekedar berani
dulu, nanti kalau ada yang tidak sesuai akan dibetulkan. Apalagi tidak semua
elemen bangsa memahami visi Indonesia Emas ini yang memang minim sosialisasi.
Sebagai contoh pembubaran Sekolah Bertaraf Internasional, pencetakan buku ajar
baru kurikulum 2014 dengan membuang buku-buku yang sudah terlanjur di cetak, kebingungan
praktisi pendidikan di tingkat sekolah terhadap implementasi pelaksanaan
kurikulum 2014, penyajian pembelajaran dilapangan, dan evaluasinya. Hasilnya
tampak sebagai tidak ada perubahan yang berarti pada aplikasi pembelajaran, dan
kualitas outputnya.
Ketiga, ketidaksinergisan semua Institusi kenegaraan
dalam menyikapi kesuksesan visi Indonesia Emas ini tercermin pada tindakan yang
sendiri-sendiri dalam perjalanan bernegara. Terkesan tidak ada kata sepakat
untuk menyukseskan program ini. Departemen-departemen lain berjalan sendiri
yaang terkesan asal jalan. Seolah beban ini hanya dipikul oleh departemen yang
hanya menyelenggarakan pendidikan saja. Sementara di kehidupan sosial
masyarakat tidak ada greget sama sekali terhadap visi besar ini, di dunia
penyiaran, mass media tetap bebas menayangkan hal-hal yang justru bertentangan
dengan visi besar ini. Visi besar ini tidak dianggap sebagai Program Nasional.
Oleh karena itu untuk sementara ini saya beranggapan bahwa
Indonesia Emas 2045 belum bisa diwujudkan. Karena masih banyak kekurangan dari
proses untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pemerintah hanya merencanakannya
saja tetapi hanya beberapa perwujudan dari proyek dijalankan dengan sukses
selebihnya masih banyak kesalahan disana sini dalam implementasinya. Selain itu
rencana ini tidak terlalu digempar-gemparkan bahkan saya yakin masih banyak masyarakat
Indonesia yang tidak mengetahui tentang proyek Indonesia Emas 2045 ini.
Kurangnya pengetahuan dan antusiame masyarakat Indonesia mengenai Indonesi Emas
2045 juga merupakan faktor agar proyek ini tercapai tetapi kenyataannya tidak
ada antusiame yang terlihat dari masyarakat Indonesia. Jika proyek ini tidak
segera dibenahi maka Indonesia Emas 2045 tidak akan pernah terwujud.